Rabu, 14 Oktober 2020

 

Konsep Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang / Jasa


Dwi Satriya Wibawa, S.Si, MM


A.    Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Setelah selesai mempelajari modul ini siswa diharapkan mampu memahami:
1.  Pengertian Prototype Produk
2.  Tahapan Prototype
3.  Pengertian Kemasan
4.  Fungsi Kemasan Produk
5.  Tujuan Kemasan Produk
6.  Jenis Jenis Kemasan

B.    Uraian Materi
1.  Pengertian Prototype Produk
Fenomena dewasa ini banyak manajer menjalankan Total Quality Management (TQM) sebagai prioritas untuk peningkatan dan pengendalian kualitas produk. Karena kualitas suatu produk berhubungan erat dengan kepuasan pelanggan (customer satisfaction) serta keuntungan industri. Dengan kualitas yang lebih tinggi akan menghasilkan kepuasan pelanggan yang lebih tinggi, sekaligus mendukung harga yang lebih tinggi dan sering juga biaya lebih rendah.
Perhatian terhadap kualitas yang terbaik adalah bukan pada produk akhir. Hal ini penting agar produk akhir yang dihasilkan adalah produk yang bebas cacat dan tidak ada lagi pemborosan karena produk tersebut dibuang atau dikerjakan ulang. Maka sebaiknya perhatian terhadap kualitas harus dimulai pada saat awal pembangunan produk. Tahapan yang sangat penting dalam perencanaan awal pembuatan produk adalah pembuatan prototipe produk.
Prototipe produk (purwa–rupa produk) adalah bentuk dasar dari sebuah produk merupakan tahapan yang sangat penting dalam rencana pembuatan produk karena menyangkut keunggulan produk yang akan menentukan kemajuan suatu usaha di masa mendatang. Dikatakan sebagai tahapan yang sangat penting karena prototipe dibuat untuk diserahkan pada pelanggan (lead–user) agar pelanggan dapat mencoba kinerja prototipe tersebut. Selanjutnya jika pelanggan memiliki komplain ataupun masukan mengenai protipe tersebut maka industri mendokumentasikannya untuk proses perbaikan prototipe tersebut. Sehingga menciptakan suatu sistem inovasi produk yang dibangun bersama-sama antara industri dan pelanggan sebagai upaya pemenuhan kepuasan pelanggan (customers).
Sebagai bentuk dasar produk, prototipe memiliki bagian yang ukuran dan bahan sama seperti jenis produk yang akan dibuat tetapi tidak harus difabrikasi dengan proses sebenarnya ditujukan untuk pengetesan untuk menentukan apakah produk bekerja sesuai desain yang diinginkan dan apakah produk memuaskan kebutuhan pelanggan. Prototipe seperti ini disebut alpha prototype ada juga yang disebut beta prototype yang dibuat dengan bagian yang disuplai oleh proses produksi sebenarnya, tetapi tidak rakit dengan proses akhir ditujukan untuk menjawab pertanyaan akan performance dan ketahanan uji untuk menemukan perubahan yang perlu pada produk final.

2.  Tahapan Prototype
Berikut tahapan prototype:
a.  Pendefinisian produk: merupakan penerjemahan konsep teknikal yang berhubungan dengan kebutuhan dan perilaku konsumen kedalam bentuk perancangan termasuk aspek hukum produk dan aspek hukum yang melibatkan keamanan dan perlindungan terhadap konsumen.
b.  Working model: dibuat tidak harus mempresentasikan fungsi produk secara keseluruhan dan dibuat pada skala yang seperlunya saja untuk membuktikan konsep dari pembuatan produk dan menemukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Working model juga dibangun untuk menguji parameter fungsional dan membantu perancangan prototipe rekayasa.
c.  Prototipe rekayasa (engineering prototype): dibuat seperti halnya working model namun mengalami perubahan tingkat kompleksitas maupun superioritas dari working model, dibangun mencapai tingkat kualitas teknis tertentu agar dapat diteruskan menjadi prototipe produksi atau untuk dilanjutkan pada tahapan produksi.
d.  Prototipe rekayasa ini dibuat untuk keperluan pengujian kinerja operasional dan kebutuhan rancangan sistem produksi.
e.  Prototipe produksi (production prototype): bentuk yang dirancang dengan seluruh fungsi operasional untuk menentukan kebutuhan dan metode produksi dibangun pada skala sesungguhnya dan dapat menghasilkan data kinerja dan daya tahan produk dan part-nya.
f.   Qualified production item: dibuat dalam skala penuh berfungsi secara penuh dan diproduksi pada tahap awal dalam jumlah kecil untuk memastikan produk memenuhi segala bentuk standar maupun peraturan yang diberlakukan terhadap produk tersebut biasanya untuk diuji-cobakan kepada umum.
g.  Untuk mematangkan produk yang hendak diproduksi secara komersil, maka produk perlu memasuki pasar untuk melihat ancaman-ancaman produk yang terjadi; misal: keamananan, regulasi, tanggung jawab, ketahanan dan kerusakan (wear–and–tear), pelanggaran, siklus break even dan polusi, dan konsekuensinya diperlukan peningkatan program pemasaran.
h. Model: merupakan alat peraga yang mirip produk yang akan dibangun (look–like–models). Secara jelas menggambarkan bentuk dan penampilan produk baik dengan skala yang diperbesar, 1:1, atau diperkecil untuk memastikan produk yang akan dibangun sesuai dengan lingkungan produk maupun lingkungan user.
i.   Prototipe adalah bentuk efektif dalam mengkomunikasikan konsep produk namun jangan sampai menyerupai bentuk produk sebenarnya karena mengandung resiko responden akan menyamakannya dengan produk akhir.

3.  Pengertian Kemasan Produk
Kemasan adalah desain kreatif yang mengaitkan bentuk, struktur, material, warna, citra, tipografi dan elemen-elemen desain dengan informasi produk agar produk dapat dipasarkan. Kemasan digunakan untuk membungkus, melindungi, mengirim, mengeluarkan, menyimpan, mengidentifikasi dan membedakan sebuah produk di pasar (Klimchuk dan Krasovec, 2006:33).
Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132).
Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama.

4.  Fungsi Kemasan Produk
Banyak perusahaan yang sangat memperhatikan pembungkus suatu barang sebab mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi jauh lebih luas dari pada itu. Simamora (2007) mengemukakan pengemasan mempunyai dua fungsi yaitu:
a.  Fungsi Protektif
Berkenaan dengan proteksi produk, perbedaan iklim, prasarana transportasi, dan saluran distribusi yang semua berimbas pada pengemasan. Dengan pengemasan protektif, para konsumen tidak perlu harus menanggung risiko pembelian produk rusak atau cacat.
b.  Fungsi Promosional
Peran kemasan pada umumnya dibatasi pada perlindungan produk. Namun kemasan juga digunakan sebagai sarana promosional. Menyangkut promosi, perusahaan mempertimbangkan preferensi konsumen menyangkut warna, ukuran, dan penampilan.
Sedangkan menurut Kotler (1999:228), terdapat empat fungsi kemasan sebagai satu alat pemasaran, yaitu :
a.  Self service. Kemasan semakin berfungsi lebih banyak lagi dalam proses penjualan, dimana kemasan harus menarik, menyebutkan ciri-ciri produk, meyakinkan konsumen dan memberi kesan menyeluruh yang mendukung produk.
b.  Consumer offluence. Konsumen bersedia membayar lebih mahal bagi kemudahan, penampilan, ketergantungan dan prestise dari kemasan yang lebih baik.
c.  Company and brand image. Perusahaan mengenal baik kekuatan yang dikandung dari kemasan yang dirancang dengan cermat dalam mempercepat konsumen mengenali perusahaan atau merek produk.
d.  Inovational opportunity. Cara kemasan yang inovatif akan bermanfaat bagi konsumen dan juga memberi keuntungan bagi produsen.
Selain berfungsi sebagai media pemasaran, kemasan juga memiliki beberapa fungsi lain, yaitu sebagai berikut:
a.  Kemasan melindungi produk dalam pergerakan. Salah satu fungsi dasar kemasan adalah untuk mengurangi terjadinya kehancuran, busuk, atau kehilangan melalui pencurian atau kesalahan penempatan.
b.  Kemasan memberikan cara yang menarik untuk menarik perhatian kepada sebuah produk dan memperkuat citra produk.
c.  Kombinasi dari keduanya, marketing dan Logistik dimana kemasan menjual produk dengan menarik perhatian dan mengkomunikasikannya.

5.  Tujuan Kemasan Produk
Menurut Louw dan Kimber (2007), kemasan dan pelabelan kemasan mempunyai beberapa tujuan, yaitu:
a.  Physical Production. Melindungi objek dari suhu, getaran, guncangan, tekanan dan sebagainya.
b.  Barrier Protection. Melindungi dari hambatan oksigen uap air, debu, dan sebagainya.
c.  Containment or Agglomeration. Benda-benda kecil biasanya dikelompokkan bersama dalam satu paket untuk efisiensi transportasi dan penanganan.
d.  Information Transmission. Informasi tentang cara menggunakan transportasi, daur ulang, atau membuang paket produk yang sering terdapat pada kemasan atau label.
e.  Reducing Theft. Kemasan yang tidak dapat ditutup kembali atau akan rusak secara fisik (menunjukkan tanda-tanda pembukaan) sangat membantu dalam pencegahan pencurian. Paket juga termasuk memberikan kesempatan sebagai perangkat anti-pencurian.
f.   Fitur yang menambah kenyamanan dalam distribusi, penanganan, penjualan, tampilan, pembukaan, kembali penutup, penggunaan dan digunakan kembali.
g.  Kemasan dan label dapat digunakan oleh pemasar untuk mendorong calon pembeli untuk membeli produk.

6.  Jenis Jenis Kemasan
Berdasarkan struktur isi, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a.  Kemasan Primer, yaitu bahan kemas langsung mewadahi bahan pangan (kaleng susu, botol minuman, dll).
b.  Kemasan Sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok kemasan lainnya, seperti misalnya kotak karton untuk wadah kaleng susu, kotak kayu untuk wadah buah-buahan yang dibungkus dan sebagainya.
c.  Kemasan Tersier dan Kuarter, yaitu kemasan yang diperlukan untuk menyimpan, pengiriman atau identifikasi. Kemasan tersier umumnya digunakan sebagai pelindung selama pengangkutan.
Berdasarkan frekuensi pemakaiannya, kemasan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a.  Kemasan sekali pakai (Disposable), yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah satu kali pakai. Contohnya bungkus plastik, bungkus permen, bungkus daun, karton dus, makanan kaleng.
b.  Kemasan yang dapat dipakai berulang kali (Multi Trip), kemasan jenis ini umumnya tidak dibuang oleh konsumen, akan tetapi dikembalikan lagi pada agen penjual untuk kemudian dimanfaatkan ulang oleh pabrik. Contohnya botol minuman dan botol kecap.
c.  Kemasan yang tidak dibuang (Semi Disposable). Kemasan ini biasanya digunakan untuk kepentingan lain di rumah konsumen setelah dipakai. Contohnya kaleng biskuit, kaleng susu dan berbagai jenis botol.
Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a.  Kemasan siap pakai, yaitu bahan kemas yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna sejak keluar dari pabrik. Contohnya adalah wadah botol, wadah kaleng, dan sebagainya.
b.  Kemasan siap dirakit, yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum pengisian, misalnya kaleng dalam bentuk lempengan dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik.

Gambar 4.1 Tahapan Desain Prototype Produk

C.    Petunjuk Praktik
1.   Judul : Desain Prototype dan Kemasan Bidang Perikanan
2.   Tugas Masalah
a.   Menganalisis desain prototype produk barang produk kemasan perikanan.
b. Desain produk barang digunakan diberbagai produk kemasan perikanan.
3.   Prinsip Teori
a.     Mengaplikasikan ide - ide yang sudah dikumpulkan kedalam bentuk fisik, dapat berupa catatan post-it yang ditempel di Tembok, kegiatan roleplay, objek, atau bahkan Story Board.
b.   Duplikasi suatu bentuk barang dengan mengadakan perubahan baik bentuk maupun tambahan adalah kegiatan inovatif.
4.   Kegiatan Prakti
a.     Buatlah kelompok berpasangan (2 siswa) untuk melakukan praktik
b.     Mencari video yang mengandung prototype dalam suatu Produk
c.     Menganalisa tahap produksi prototype dan kemasannya.
d.     Satu siswa membuat desain revisi atau penambahan fungsi dari produk yang ada dalam video tersebut.
e.     Satu siswa lain membuat desain kemasan baru dari produk yang ada dalam video tersebut.
5.   Diskusikan hasil analisis desain prototype dan kemasan .
6.   Diakhir praktikum dilakukan test

 Klasifikasi Jamur (Fungi)

1. Zygomycota

Zygomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang memiliki bentuk Spora dengan berdinding tebal (Zygospora). Organisme ini pada umumnya, tumbuh berkembang pada daratan sebagai Saprofit yang tidak memiliki Klorofil, memiliki Hifa yang tidak bersekat (Septum) dan memiliki banyak Inti Sel. 

Zygomycota ini Berkembang Biak secara Vegetative, yaitu Terbentuk sebagai Aplanospora yang tumbuh berkembang pada Ekosistem Daratan, dan Zoospore yang tumbuh berkembang pada Ekosistem Perairan. Sedangkan Zygomycota yang Berkembang Biak secara Generative, yaitu Dengan membentuk Oogami atau Gametaniogami.

Zygomycota

Ciri – Ciri Zygomycota

Zygomycota memiliki ciri-ciri :

  • Hidup sebagai saprofit
  • Tubuh bersel banyak, hifa membentuk anyaman (miselium) yang tidak bersekat.
  • Reproduksi aseksual dengan membentuk spora, sedangkan reproduksi seksual dengan konjungsi antara dua hifa yang menghasilkan zigospora
  • Hampir semua anggotanya hidup didarat.

Contoh  Zygomycota

  • Rhizopus Stoloniferus, untuk membuat tempe
  • Rhizopus Nigricans, jamur roti penghasil asam fumarat.
  • Pilobolus Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya bantuan cahaya. Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap cahaya.
  • Mucor mucedo Hidup pada kotoran ternak
  • Rhizopus nigricans Menghasilkan asam fumarat, pemasak buah
  • Rhizopus nodusus Menghasilkan asam laktat.

2. Ascomycota 

Ascomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) berbentuk berupa Spora, yang terbentuk dalam perkembangbiakan secara Generative (Seksual).

Spora ini terbentuk di dalam Sel Gelembung, dan memiliki bentuk wujud seperti Kantung yang disebut Askus. Lalu Spora dalam Sel Gelembung tersebut akan menghasilkan Askospora.

Ascomycota

Ciri – Ciri Ascomycota 

Ascomycota memiliki ciri-ciri :

  • Mempunyai struktur khusus yang disebut askus (kantong)
  • Tubuh ada yang uniseluler dan ada yang multiseluler
  • Hifanya bersekat dan berinti banyak.
  • Hidupnya ada yang parasit, saporfit, ada yang bersimbosis dengan ganggang membentuk Lichenes (lumut kerak).
  • Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk tunas-tunas, pada multiseluler membentuk spora dari konidia. Secara generatif dengan membentuk askus yang meghasilkan askospora.

Contoh Ascomycota :

  • Sacharomyces cerevisae (ragi) untuk membuat bir, roti maupun alkohol.
  • Penicillium notatumn dan Penicellium chrysogenum, penghasil antibiotik penisilin.
  • Aspergillus wentii untuk membuat kecap

3. Basidiomycota

Basidiomycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang memiliki bentuk tubuh besar (Makroskopis), memiliki Spora yang terbentuk dalam Basidium, dan setiap Basidium memiliki 4 macam Basidiospora.

Basidiomycota ini berkembang biak secara Vegetative, yaitu Dengan membentuk Fragmentasi Hifa, sedangkan jenis Basidiomycota yang berkembang biak secara Generative, yaitu Dengan membentuk Basidiospora pada Basidium.

Proses pertumbuhan pada Basidiomycota, yaitu Dimulai dengan perkembangan pada Spora Basidium atau Konidium, setelah itu Spora Basidium tersebut, akan berubah menjadi Benang Hifa yang memiliki Sekat (Septum) dengan Satu Membran Inti Sel, kemudian Hifa tersebut akan membentuk berupa Miselium.

Basidiomycota

Ciri – Ciri Basidiomycota

Basidiomycota memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

  • Memiliki miselium yang bersekat-sekat, dari miselium tumbuh tubuh buah (basidokrap) yang beraneka ragam bentuknya.
  • Dalam basidiokarp terdapat jalinan-jalinan benang hifa. Jika benang hifa yang bermuatan positif bertemu dengan basidium yang bermuatan negatif, maka akan terjadi plasmogami dan membentuk miselium dikariotik.
  • Ujung miselium menggelembung membentuk basidium untuk memproduksi empat spora bertangkai.
  • Berkembang biak secara seksual dengan basidiospora dan aseksual dengan konidispora.
  • Kebanyakan berukuran makroskopis, hidup sebagai parasit dan saprofit

Contoh Basidiomycota :

  • Volvariela volvacae (Jamur merang), dapat dimakan dan sudah dibudidayakan.
  • Auricularia polytricha (jamur kuping) Bisa dikonsumsi dan dapat dibudidayakan.
  • Amanita phalloides dan Amanita muscaria (jamur beracun), habitat didaerah subtropis.
  • Ustilago maydis (Jamur api), banyak terdapat pada batang kayu.

4. Deuteromycota

Deuteromycota adalah Salah satu jenis Fungi (Jamur) yang belum diketahui, cara Bereproduksi Seksualnya. Karena hal tersebut Deuteromycota ini merupakan Jamur yang tidak sempurna, bersifat Saprofit pada materi Senyawa Organik.

Sebagian besar hidup sebagai Parasit pada Tumbuhan tingkat tinggi, sebagai penyebab utama rusaknya beberapa Tanaman Budidaya, menimbulkan pelapukan pada Pohon Berkayu, dan juga dapat menimbulkan penyakit pada Manusia.

Deuteromycota

Ciri – Ciri Deuteromycota

Deuteromycota memiliki ciri-ciri yaitu sebagai berikut :

  • Jamur tak sempurna fungi (imferfecti)
  • karena Belum diketahui cara reproduksi generatifnya.
  • Perkembangbiakan aseksual dengan konidia.
  • Hifanya bersekat
  • Hidup sebagai saprofit dan parasit
  • Tubuh berukuran mikroskopis

Contoh Deuteromycota

  • Monillia sitophila (jamu oncom)
  • Ephidermophyton floocosum, menyebabkan penyakit pada kaki atlet.
  • Curvularia sp, hidup parasit pada tumbuhan
  • Microsporum sp, dan Trighophyton sp, menyebabkan penyakit kurap.


  Konsep Desain/Prototype dan Kemasan Produk Barang / Jasa Dwi Satriya Wibawa, S.Si, MM A.      Tujuan Kegiatan Pembelajaran Setelah selesai...